Oleh : Ayub (Ayub El-Marhoum)
Eks SekDir Sekolah IMMawati.
![]() |
Add caption |
Di dunia
ini mungkin tidak banyak guru yang memiliki ketenaran seunik salah satu guru
yang pernah mendidik si jenius Albert Einstein.
Ketenaran guru itu memang lain dari yang lain. Tidak ada yang mau repot-repot mencari tahu siapa namanya, bagaiamana rupanya apalagi dimana ruhamnya. Padahal ia adalah guru dari salah satu manusia yang namanya sinonim dengan kejeniusan. Semua orang cukup mengetahui ucapan legendaris yang pernah ia ucapkan –entah serius atau tidak- kepada Albert kecil. Ucapan ceroboh yang mungkin telah menuai geli dari jutaan manusia seisi planet bumi, lintas geografis, lintas generasi. Kemana nama harum Albert Einstein menyerbak, kesana pula ucapan busuk itu beraroma. Yah, siapa yang tidak tahu “penilaian visioner” sang guru ketika akhirnya Einstein kecil berhasil berbicara? Sang guru berseloroh; “It doesn’t matter what he does, he will never amount to anything.” Anak ini, nilai si guru, tidak akan mencapai apapun. Kini, dan mungkin hingga kiamat kelak, semua orang tahu bahwa guru itu telah salah total. Entahlah apa yang dipikirkan guru itu ketika nama murid yang masa depannya pernah ia prediksi sedemikian suram ternyata menggema ke setiap sudut bumi. Anak yang dianggapnya tidak akan menjadi apapun itu justru ditakdirkan Tuhan menjadi pembuka beberapa pintu pengetahuan-Nya. Memberi manusia sedikit petunjuk tentang semesta-Nya.
Ketenaran guru itu memang lain dari yang lain. Tidak ada yang mau repot-repot mencari tahu siapa namanya, bagaiamana rupanya apalagi dimana ruhamnya. Padahal ia adalah guru dari salah satu manusia yang namanya sinonim dengan kejeniusan. Semua orang cukup mengetahui ucapan legendaris yang pernah ia ucapkan –entah serius atau tidak- kepada Albert kecil. Ucapan ceroboh yang mungkin telah menuai geli dari jutaan manusia seisi planet bumi, lintas geografis, lintas generasi. Kemana nama harum Albert Einstein menyerbak, kesana pula ucapan busuk itu beraroma. Yah, siapa yang tidak tahu “penilaian visioner” sang guru ketika akhirnya Einstein kecil berhasil berbicara? Sang guru berseloroh; “It doesn’t matter what he does, he will never amount to anything.” Anak ini, nilai si guru, tidak akan mencapai apapun. Kini, dan mungkin hingga kiamat kelak, semua orang tahu bahwa guru itu telah salah total. Entahlah apa yang dipikirkan guru itu ketika nama murid yang masa depannya pernah ia prediksi sedemikian suram ternyata menggema ke setiap sudut bumi. Anak yang dianggapnya tidak akan menjadi apapun itu justru ditakdirkan Tuhan menjadi pembuka beberapa pintu pengetahuan-Nya. Memberi manusia sedikit petunjuk tentang semesta-Nya.
Guru
Einstein sebenarnya bukan satu-satunya manusia bernasib sama. Ada banyak contoh
lainnya. Contoh dari mereka yang terlalu yakin pada masa depan dan telah luar
biadab mengnggap remeh potensi luar biasa yang ditanam Tuhan di dalam diri
setiap individu. Walt Disney yang hasil imajinasinya telah menjadi bagian tak
terpisahkan dari imajinasi jutaan anak-anak di dunia pernah dipecat dari sebuah
koran. Tahu apa alasan bosnya mendepak Disney? Lacking imagination and have no
original ideas. Miskin imajinasi dan tidak punya ide segar. Kini, siapapun yang
berkata seperti itu tentang Disney akan ditampar oleh Donald Duck. Oprah
Winfrei, pesohor yang kaya raya berkat kepiawaiannya mengawal acara televisi
pernah dipecat dari pekerjaannya sebagai pembawa berita. Alasan pemecatannya
juga cukup cerdas ; wasn’t fit for television. Orpah tidak cocok masuk TV. Kini
sapa yang lebih kaya dari Ratu Inggris berkat acara televisi? Contoh lain penlaian
visioner yang juga terkenal kesesatannya adalah alasan penolakan Decca
Recording Studio terhadap grup musik legendaris The Beatles. Waktu itu tentu
saja mereka masih jauh dari status legenda, bahkan dalam mimpi paling liar
sekalipun. Maka oleh petinggi Decca, The Beatles dihakimi sebagai bersuara
buruk dan tidak akan punya masa depan dalam bisnis pertunjukan. Kini semua
orang yang kupingnya senang mendengar musik tidak akan setuju dengan penilaian
itu.
Tentu
saja masih ada banyak contoh lainnya. Ketika kita menelisik sejarah tokoh-tokoh
yang telah merasai terjal jalan dari zero ke hero, kita akan menemukan ada saja
orang-orang yang terlalu angkuh dan gegabah menilai masa depan tokoh-tokoh
tersebut. Sebab saya muslim maka ada nama yang sangat saya hafal sebagai
seorang visioner paling rabun. Dialah Abu Jahal, bapak kebodohan. Ia awalnya
dikenal dengan julukan Abul Hakam, bapak kebijaksanaan. Tapi ketika ia mulai
menuduh gerakan tauhid dan pembenahan
sosial Rasul tercinta sebagai sebuah
igauan orang gila, maka kutukan itu pun membentuk awan menggumpal tepat di atas
kepalanya. Kutukan itu lalu membentuk hujan lumpur mengguyurnya hingga
tenggelam ketika akhirnya dakwah Rasulullah terbukti mampu merombak Jazirah
Arab bahkan dunia secara besar-besaran, sesuatu yang mustahil dicapai igauan
orang gila. Maka semua orang sepakat bahwa si bijaksana ternyata cuma seorang
bodoh luar biasa. Dinamailah ia Abu Jahal. Kisahnya dihafal jutaan anak-anak
sedunia.
Kisah
guru Einstein hingga Abu Jahal memang sarat pesan, padat pelajaran.
Cerita-cerita itu harusnya menjadi pelajaran penting bagi siapapun yang mau
belajar. Tapi menurut saya, pihak yang harus paling banyak belajar dari
kisah-kisah itu adalah mereka yang bertugas mengajar. Para guru, dari guru TPA
hingga guru pasca-sarjana. Ternyata tugas guru bukanlah merisaukan masa depan
siswa-siswanya. Karena semua itu adalah urusan Sang Maha Bijaksana. Dia yang
anugrahnya tidak terbatas telah memberikan potensi tak terkira di dalam setiap
manusia. Maka guru tidak usah mengira-ngira. Cukup bekali siswa dengan semua
yang kita punya. Keluarkan semua kemampuan, semua usaha, semua upaya, semua
keringat, semua air mata, semua yang Tuhan beri padamu untuk anak-anak itu. All
out. Keluarkan semuanya dengan ihlas dan tulus. Sisanya adalah doa, biarkan
Tuhan membimbing anak-anak itu ke jalan-jalan cahaya yang telah Dia persiapkan.
Berdoalah semoga semua bekal yang telah diberikan bisa benar-benar berguna,
semoga tulus yang ditekadkan bisa memberi anak-anak itu dian dikala gelap
menyapa mereka. Semoga kasih yang disertakan pada setiap tutur, setiap laku,
setiap tatap, setiap nafas kala mengajar bisa melindungi anak-anak itu dari
tipu daya para penipu. Setelah semua itu mari istrahat, duduk bersama secangkir
teh menikmati lamat-lamat lelah dan tua yang memamah, menunggu semerbak harum
nama siswa-siswimu datang memberi senyum dan syukur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar