Selasa, 25 Februari 2014

Cerita Tentang Seorang Pelacur dan Rumah Perzinahan.


Oleh : Yazfi Alam Al-haq (cak Yasfi)
          Incunabula Institute.

Nuun, wal qolami wa maa yasthurun.

aku pernah terhenyak mendengar seorang komedian yang berbicara tentang negara. Dalam sebuah acara stand up comedi, dia berusaha memparodikan sebagai seseorang yang sedang menunggang motor. Dia saat itu mengibaratkan sebuah motor yang disebutnya negara. Dimana sebuah negara dipacu untuk mencapai titik tertentu, dan ketika terjadi kerusakan maka semestinya “motor” tersebut diserahka kepada ahlinya. Analogi sederhana memang tak cukup untuk menjelaskan secara mendalam namun buatku sudah cukup mengena.

Aku pun ingin bercerita kawan, tentang seorang perempuan cantik, menarik, memiliki banyak talenta dan juga bunga desa. Dia seorang perempuan bahkan aku lebih rela memanggilnya bidadari, dengan sebuah kedipan lentiknya mampu merobohkan jutaan penghalang didepan wajahnya. Namun ternyata kehidupan yang dihadapi tidak semudah yang dia kira. Umurnya memang masih sangat muda. Banyak orang berusaha mendekatinya, dan dengan tegasnya dia menolak. Sebab dia merasa mampu berjuang sendiri melawan rintangan kehidupan yang ada dihadapannya.

Usianya semakin bertambah, ternyata kehidupannya tidak semakin baik. Dengan seluruh kemampuan yang dia miliki, ternyata tak sanggup baginya untuk memalui permasalahan hidupnya. Dia seorang perempuan yang cantik, beradab, tegas dan juga memiliki banyak talenta.

Suatu hari datanglah seseorang dari sebuah rumah perzinahan. Siapa yang tak kenal perempuan itu, bunga desa yang buat siapapun tergila-gila. Dengan mudah seseorang dari rumah perzinahan itu menemukan si perempuan. Soseorang dari rumah perzinahan itu berkata lembut kepada si perempuan akan maksudnya untuk membantu si perempuan dari susahnya kehidupan.  Memang si perempuan pernah beberapa kali di datangi orang dari rumah perzinahan itu. Namun berkali juga perempuan itu menolak dengan tegas.

Namun tidak untuk kali ini, bahkan anehnya perempuan itu telah bersiap untuk menyambut  kedatangan seseorang dari rumah perzinahan tersebut. Memang aneh, dengan berdandan sebegitu menariknya, dan mempersiapkan perlengkapannya dia menyambut orang dari rumah perzinahan itu dengan suka cita. Dan pergilah dia ke rumah perzinahan tersebut dengan riang gembira.

Tentu sebagai seorang gadis belia dan juga bunga desa, si perempuan tidak pernah kehabisan pelanggan. Bahkan setiap jengkal waktunya sudah di serahkan kepada tamu-tamu dari rumah perzinahan itu. Dan dengan riang gembira dia menyerahkan setiap jengkal tubuhnya untuk dijamah. Dan anehnya lagi, dia bangga sekali dengan kondisi tersebut dan akan melakukan apapun untuk tetap bisa menjadi primadona rumah perzinahan itu.

Dan hari ini, rumahnya menjadi tempat pesta syahwat dari arisan yang dilakukan oleh rumah perzinahan tersebut. Dan tentu dengan gembira, si gadis itu mengundang kawan-kawan senasibnya dan juga tamu-tamu langganan dari rumah perzinahan.

Itulah cerita hari ini, dimana cerita sebuah negara yang mulai beranjak belia, yang merelakan dirinya untuk “dibantu” rumah perzinahan macam WTO. Dan juga mempersilah setiap jengkal tanahnya di “nikmati” negara lain. Dan anehnya, semakin banyak yang “menjamahnya” semakin bangga negara tersebut. Inilah cerita tentang negara kita, yang bangga di jamah bersama-sama oleh negara lainya, dan mengobral mimpinya dalam rumah bordir murahan macam WTO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar