Rabu, 26 Februari 2014

Sajak Demonstran (puisi untuk kawanku)

Oleh : Muji Suseno

dituang Ibuku do'a-do'a
ke dalam cawan-cawan merah
di atas api kekalahan membara
memercik-mercik
berubah menjadi aku,
perlawanan


hari yang lalu, aku mengalah
menepi
merenungkan nasib-nasiban
mengolah kata-kataan

hari ini aku melawan
hari ini kugenggam amukan,
perlawanan

dari jauh kucium bau jalan
merangsang hidung setiap demonstran
kaum yang melawan
kaum yang dikalahkan,
tapi tak pernah terkalahkan

aku kembali ke inti pendidikan
membakar kemapanan
di jalanan
bukan di ruang kerja berpendingin udara-udaraan

aku demonstran
terlahir tapi dimiskinkan

aku demonstran
bukan kacung kampus-kampusan

aku demonstran
tak kenal rengek'an

aku demonstran
tangisan dan tawaan kupekikkan
air mata kujadikan gelombang

aku demonstran
yang dituduh bersekongkol dengan kejahatan
dikurung karena fitnahan

aku demonstran
yang diancam pukul rotan-rotanan

aku demonstran
setia pada barisan
tak kabur dalam kejar-kejaran

aku demonstran
diajak aparat main sembur-semburan
diangkut aparat dengan mobil-mobilan

aku demonstran
tangis pilu Ibu kurindukan
peluk ciumnya menjadi gelora
kuganti dengan senyuman kafan
kutinggal menginap di makam-makaman

aku demonstran
berdiri, di bawah panji perjuangan
berdiri, di samping api perjuangan
berdiri, memeluk megafone kesayangan
yang meminta ridho ampunan Tuhan
jika jalan yang kupilih,
adalah kekhilafan

M.S.
Juni 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar