Oleh : Muji Suseno
dituang Ibuku do'a-do'a
ke dalam cawan-cawan merah
di atas api kekalahan membara
memercik-mercik
berubah menjadi aku,
perlawanan
hari yang lalu, aku mengalah
menepi
merenungkan nasib-nasiban
mengolah kata-kataan
hari ini aku melawan
hari ini kugenggam amukan,
perlawanan
dari jauh kucium bau jalan
merangsang hidung setiap demonstran
kaum yang melawan
kaum yang dikalahkan,
tapi tak pernah terkalahkan
aku kembali ke inti pendidikan
membakar kemapanan
di jalanan
bukan di ruang kerja berpendingin udara-udaraan
aku demonstran
terlahir tapi dimiskinkan
aku demonstran
bukan kacung kampus-kampusan
aku demonstran
tak kenal rengek'an
aku demonstran
tangisan dan tawaan kupekikkan
air mata kujadikan gelombang
aku demonstran
yang dituduh bersekongkol dengan kejahatan
dikurung karena fitnahan
aku demonstran
yang diancam pukul rotan-rotanan
aku demonstran
setia pada barisan
tak kabur dalam kejar-kejaran
aku demonstran
diajak aparat main sembur-semburan
diangkut aparat dengan mobil-mobilan
aku demonstran
tangis pilu Ibu kurindukan
peluk ciumnya menjadi gelora
kuganti dengan senyuman kafan
kutinggal menginap di makam-makaman
aku demonstran
berdiri, di bawah panji perjuangan
berdiri, di samping api perjuangan
berdiri, memeluk megafone kesayangan
yang meminta ridho ampunan Tuhan
jika jalan yang kupilih,
adalah kekhilafan
M.S.
Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar